KOIL


Setelah enam tahun vakum, frontman sakit dan kegagalan rekaman, Koil bakal merilis album terbaik mereka yang bakal merevolusi model bisnis musik di tanah air untuk selamanya: secara gratis!

Merilis album baru bagi band seperti Koil ternyata bukan perkara yang mudah. Band industrial rock asal Bandung ini membutuhkan waktu enam tahun dan segudang kebohongan kepada fans demi merilis album terbaru mereka yang berjudul Blacklight Shines On. Beberapa peristiwa besar terjadi di dalam band ini selama proses penggarapan album penuh ketiga mereka. Mulai dari perceraian dan kelumpuhan yang diderita oleh vokalis mereka, J.A.Verdijantoro, proses rekaman yang gagal hingga kesibukan mengurus butik gothic yang hampir berakibat terlantarnya band mereka sendiri.

"Tiba-tiba aja gue sempat sakit di tahun 2003. Sakit yang parah banget sampai nggak bisa apa-apa. Hampir nggak bisa manggung sama sekali," ujar Otong ketika datang bersama rekan-rekan sebandnya ke kantor ROLLING STONE beberapa waktu lalu. Ia menjelaskan bahwa sakit yang dideritanya tergolong aneh karena menurut pemeriksaan medis dirinya tidak menderita gangguan apapun. Beberapa kawan lantas mengaitkan sakitnya Otong dengan hal-hal klenik seperti santet, guna-guna atau teluh. "Mungkin juga ya, mungkin juga tidak. Katanya sih dari perempuan yang sakit hati," ujarnya sedikit malas.

J.A. Verdijantoro atau Otong adalah driving force di belakang kesuksesan sebuah band bernama Koil. Orang ini bagaikan perpaduan antara tengiknya kelakuan rockstar dan kecerdasan intelektual yang berlebih. Singkatnya, mungkin agak mirip dengan Ahmad Dhani namun dalam versi independen. Tak sedikit yang membenci namun banyak pula yang memuja dirinya, khususnya kaum Hawa dan anak-anak muda lugu pencinta gothic rock.

Bersama Donnijantoro, adik kandungnya yang menjadi mastermind musikal dari grup ini, Otong, Ibrahim "Bobby" Nasution (bas) dan Leon (drums) membentuk Koil pada tahun 1993 di Bandung, Jawa Barat. Setelah merilis album self-titled bersama produser handal Budi Soesatio dari Project Q (label yang merilis tiga album pertama Slank, dan tiga album terbaik Slank hingga saat ini) pada tahun 1996, Koil kemudian berkembang menjadi band indie lokal paling sukses di awal millennium ketiga setelah rilisnya Megaloblast (2001). Rilisan terakhir yang terjual lebih dari 20.000 keping inilah yang berhasil melejitkan nama Koil di peta musik rock nasional saat itu.

Boleh dibilang setelah kesuksesan album bergaya industrial rock itu Koil menjadi salah satu band rock yang cukup disegani dengan jadwal show tersibuk. Mulai dari tampil bersama Slank di Stadion Lebak Bulus hingga menjadi "raja pensi" di berbagai pentas seni SMA bergengsi di Jakarta dan Bandung. Di tahun 2003 ketika gerakan musik indie mulai menjadi hype yang besar, Koil bahkan sempat menjadi cover majalah HAI. Bahkan konon kabarnya, video klip mereka yang berjudul "Mendekati Surga" sempat menjadi heavy rotation di MTV Indonesia hingga mengalahkan request terhadap video Linkin Park.

Berkat pencapaian ini mereka lantas diundang untuk tampil live di acara MTV Indonesia Music Awards 2003 dan sukses membuat geger di acara tersebut berkat penampilan mereka yang kontroversial (Koil tampil dengan kostum lateks khas musisi industrial dan Otong bernyanyi di atas punggung dua orang yang melangkah bagai anjing).
Koil sempat menjadi fenomena, khususnya di scene indie lokal saat itu. Bahkan penjualan T-shirt dan merchandise Koil lainnya pun fenomenal. Ribuan T-shirt Koil ludes terjual dibawah pengelolaan clothing line milik mereka sendiri, God Inc. Agaknya berkat larisnya merchandise Koil dan boomingnya bisnis distro fashion di Bandung sejak 2002 cukup membuat distraksi yang maksimal bagi sejarah perjalanan band ini di etape berikutnya.

Cikal bakal album penuh ketiga Koil, Blacklight Shines On sebenarnya telah digarap Donni sejak beberapa tahun lalu. Namun sejak Otong sakit proses rekaman album itu kemudian tersendat-sendat. "Sambil menunggu gue sembuh sakit akhirnya kami bekerja untuk memajukan toko God Inc. Kreatifitas gue di musik mandek karena gue sakit," jelas Otong. Karena ketergantungan yang sangat besar dengan Otong, band ini akhirnya mengubah haluan dengan mengembangkan bisnis fashion dan merchandise mereka melalui retail bernama God Store yang terletak di Jalan Sultan Agung, Bandung.

"Selama Otong sakit kerjaan gue hanya bikin desain aja untuk God Inc. Target kerja seperti itu ternyata banyak banget sampai akhirnya musik bisa dibilang menjadi nomor dua dulu walau terus dikerjakan. Seiring waktu musik kami pun berubah terus. Sempat rekaman di Massive Studio juga. Setelah direkam dibuang semua dan rekam lagi materi baru. Materi setahun terakhir ini lah yang jadi mulai ngebentuk seperti ini. Sebelumnya nggak tahu mau jadi apa karena materinya nggak jelas," ungkap Donni.

Bagi drummer Leon Ray Legoh sendiri rampungnya album ini terbilang sangat istimewa, mengingat berbagai kendala yang mereka hadapi tentunya. "Album ini telah melewati beberapa tahap. Terlalu banyak yang kami kerjakan, mulai dari merekam materi dan gagal. Gagal terus. Akhirnya ketika albumnya jadi ini ajaib banget. Kalau dipikir-pikir lagi sepertinya nggak mungkin. Dilihat dari pekerjaan gue yang mesti kerja jam 9 pagi sampai jam 9 malam lagi, masak terus di dapur. Setelah itu gue mesti take drum sampai jam 5 pagi dan jam 9 gue harus kembali ke dapur lagi. Dengan ditambah konflik di antara kami. Makanya ketika album ini jadi kenyataan jelas keajaiban, bisa jadi ini mukjizat," kata Leon panjang lebar.

Di kala jeda menggarap album Koil di dapur rekaman Leon akhirnya memutuskan untuk serius di dapur Kedai Bambu, restoran miliknya yang berada di areal God Store pula. Drummer bertubuh besar ini memang memiliki hobi masak dan sangat jago di bidang barunya tersebut. "Sangat menarik dapur itu. Gue seperti menemukan diri gue yang lain, memasak (Tertawa). Gue udah merasakan suka duka dengan Koil sementara kalau dengan dapur gue termasuk pendatang baru. Mulai dari nol di dapur dan tiba-tiba aja gue dapat keajaiban bisa memasak. Jadi gue lagi senang-senangnya di dapur sekarang," tukasnya ceria.
Sementara pemain bas Bobby selain menjalankan rutinitas sebagai kepala rumahtangga belakangan juga serius mengontrol administrasi dan manajemen God Inc. "Gue lebih banyak nyemplung ngurusin toko sama keluarga gue aja," ujar ayah satu anak ini. Berbeda dengan Adam Vladvamp, pendiri Kubik yang kini diajak bergabung dengan Koil ini memilih rutinitas yang berbeda dengan kawan-kawannya yang lain yaitu menjadi DJ. Sebagai DJ musik-musik rock cutting-edge, Adam tercatat sering mengisi acara perdugeman di Jakarta, Bandung hingga Bali. Blacklights Shines On dirilis sebagai bonus Majalah Rolling Stone Indonesia edisi November 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar